SYARIAT, TORIQOH, DAN HAKIKAT
SYARIAT, TORIQOH, DAN
HAKIKAT
Sebelum kami menjelaskan tentang syariat,
tarekat, dan hakikat, hendaknya kami membahas sedikit tentang sejarah istilah
istilah tersebut. Sebenarnya pada zaman rosululloh SAW. Tidak ada istilah
tersebut, istilah tersebut muncul pada generasi ketiga dari rosululloh saw,
yakni para tab’inut tabi’in kurang lebih pada abad ke-15.Istilah di atas
dipakai oleh calon sufi untuk mendekatkan diri kepada alloh atau berada dalam
kehadiratnya tanpa ada suatu penghalang apapun.
Dalam kitab
kifayatul atqiya wa minhajul ashfiya dijelaskan bahwa seseorang
yang akan menuju kehidupan yang abadi (alam akhirat) harus menempuh tiga
tingkatan yakni syariat, tarekat, dan hakikat.dari ketiga jalan tersebut,
semuanya meliliki kesinambungan yang harus dilakukan seseorang dengan bertahap.
Karena ada maqolah yang berbunyi
"إن الحقيقة بلا شريعة باطلة والشريعة بلا حقيقة عاطلة .
seseorang
melaksanakan ilmu hakikat tanpa didasari syariat maka ibadahnya akan semena mena
dan menjadikan ibadahnya tidak sah.seperti mengamalkan ibadah tanpa dibekali
dengan keilmuan, hal ini sangat mempengaruhi keabsahan ibadah tersebut, karena
penilaian antara sah dan tidaknya itu bisa dilihat dengan syariat.
Begitu juga
sebaliknya orang yang menggunakan syariatnya saja bisa sangat gampang
menyalahkan orang lain yang berbeda dengannya bahkan menganggap orang lain itu
tidak normal.
Dalam syiir
arab masalah syariat, toriqoh, dan hakikat diumpamakan dengan seseorang yang
akan mencari sebuah intan dilautan luas. Jadi seseorang membutuhkan kapal terlebih
dahulu untuk mengarungi lautan yang luas sehingga dapat mencapai intan yang
dituju.sama saja dengan seseorang yang menginginkan derajat yang agung di sisi
yang maha agung harus melalui syariat, yang diumpamakan dengan kapal sebagai kendaran
utama yang digunakan untuk berlayar, dan toriqoh yang diumpamakan dengan laut
yang luas sebagai jalan untuk menggapai tujuan, karena tidak mungkin seorang
pelaut akan berlayar didaratan. Dan hakikat yang diumpamakan dengan intan
sebagai tujuan akhir dari perjalanan pelaut tersebut.
Kesimpulannya
seseorang yang hendak menuju derajat yang mulia disisnya harus menempuh proses
yang lama terlebih dahulu dan membutuhkan keistiqomahan dalam menjalankan
ajaran islam sesuai maqomnya. Wallohu a’lam bishowab.
"إن الحقيقة بلا شريعة باطلة والشريعة بلا حقيقة عاطلة .
Begitu juga
sebaliknya orang yang menggunakan syariatnya saja bisa sangat gampang
menyalahkan orang lain yang berbeda dengannya bahkan menganggap orang lain itu
tidak normal.
Komentar
Posting Komentar